Selasa, 29 Maret 2011

sejarah psikologi sosial

BAB 1
PENDAHULUAN


  1. Latar belakang
Sejak zaman dahulu orang sudah menaruh minat yang besar pada tingkah laku manusia dalam lingkungan sosialnya. Akan tetapi psikologi sosial yang membidangi masalah individu dalam lingkungan sosialnya baru muncul kurang dari seratus tahun yang lalu, sebagaiman ilmu psikologi-psikologi yang lain.yang berytujuan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena. Adapun yang membedakan penelitian psikologi dengan penelitian ilmu sosial lainnya adalah tingkah laku manusia sebagai individu.
            Maka dari itu dengan uraian-uraian pada makalah ini insyaalah dapat membantu atau memberikan secercah pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya. Khususnya bagi mahasiswa jurusan psikologi sosial mengenai sejarah psikologi sosial itu sendiri. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita semua.

  1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang  di atas maka makalah ini mempunyai rumusan masalah antara lain sebagai berikut:
1.        bagaimana sejarah psikologi sosial?
2.         apa saja tahap-tahap massa perkembangan psikologi sosial?
3.         psikologi sosial menitik beratkan kepada apa?



BAB II
PEMBAHASAN


1. SEJARAH PSIKOLOGI SOSIAL
Dalam sejarahnya yang masih pendek, perkembangan psikologi sosial dapat di uraikan melalui beberapa tahap yaitu masa dalam kandungan, masa bayi, masa kanak-kanak, masa dewasa, dan masa yang akan datang.
            Gabriel tarde (1842-1904) ia adalah seorang sosiologi dan kriminologi prancis yang di anggap pula sebagai bapak psikologi sosial (social interaction) tarde berpendapat bahwa semua hubungan sosial selalu berkisar pada proses imitasi, bahkan semua pergaulan antar manusia hanyalah semata-mata berdasarkan atas proses imitasi itu
            Kata imitasi berasal dari bahasa inggris to imitate yang berarti mencontoh, mengikuti suatu pola, istilah imitasi ini secara populer di artikan secara meniru. Menurut tarde masyarakat tidak lain dari pengelompokan manusia. Di mana individu mengimitasi individu yang lain dan sebaliknya. Pendapar tarde tersebut ternyata banyak mendapatkan kritikan seperti yang di kemukakan chorus, yang antara lain mengatakan bahwa teori tarde ternyata berat sebelah. Walaupun tarde tidak di terima secara mutlak namun olehnya telah di kemukakan suatu factor yang memegang peranan penting pergaulan sosial antara lain manusia.
            Gustav le bon (1841-192) ia terkenal karena sumbangannya psikologi massa yang di maksud dengan massa adalah kumpulan orang-orang untuk sementara waktu karena minat dan kepentingan bersama. Ia juga mengatakan bahwa massa itu punya jiwa tersendiri yang berlainan sifatnya dengan sifat-sifat jiw individu
            Jadi seorang individu yang tergabung dalam massa itu akan bertingkah laku secar berlainan di banding dengan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari sebagai individu
Pendapat le bon ini juga menimbulkan banyak kritik terutama pandangannya terhadap massa. Jiwa massa dianggapnya banyak menimbulkan sifat-sifat negative padahal anggapan tersebut tidak selalu benar seutuhnya, sebab massa dapat membangun secara konstruktif serta dapat mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang positif
            Emile durkheim (1858-1917) sebagai seorang tokoh sosiologi ia berpendapat bahwa
·         Gejala-gejala sosial yang terdapat dalam masyarakat tidak dapat di bahas oleh psikologi, melainkan hanya oleh sosiologi adapun alasannya ialah bahwa yang mendasari gejala-gejal sosial itu suatu ksadaran kolektif dan bukan kesadarn individual
·         Masyarakat itu terdiri dari kelompok-kelompok manusia yang hidup secara kolektif dengan pengertian-pengertian dan tanggapan-tanggapam\n yang kolektif pula dan hanya dengan kehidupan kolektif itulah yang dapat menerangkan gejala-gejala sosial
·         Bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa seperti yang di katakana oleh le bon yaitu jiwa kelompok (group mind) dan jiwa individu (individual mind)
Durkheim pun mendapat beragam kritikan yaitu berat sebelah artinya menitik beratkan pada peranan jiwa kolektif dan fantastis artinya pendapat mengenai jiwa kolektif hanya suatu lamunan, khayalan saja yang sukar di buktikan oleh kehidupan nyata.[1]
Psikologi sosial modern mulai dikembangkan pada saat pergantian abad ke 19 menuju abad 20. Tripplet (1898) memulai sebuah eksperimen perdana dalam bidang psikologi sosial dengan meneliti pengaruh kehadiran orang lain terhadap peningkatan performance seseorang dalam mengerjakan suatu tugas, topic yang di telitinya sering di sebut “fasilitas sosial” (social fasititation) yang sampai saat ini masih banyak di minati oleh para ahli psikologi sosial. Selain itu, buku yang berjudul Social Psychology diterbitkan pada tahun 1908 (McDougall, 1908; Ross, 1908).[2]
Menjamurnya penelitian-penelitian di bidang psikologi sosial barangkali dimulai periode 1920-1940. Beberapa topik penelitian sengaja difokuskan pada isu-isu tertentu yang sedang booming pada masa itu. Contohnya, pada awal 1900an, yang pada masa itu terjadi imigrasi besar-besaran penduduk Eropa Barat menuju Amerika Utara. Tentunya bukanlah hal yang mengejutkan bila penelitian-penelitian yang banyak dilakukan berbicara tentang sikap, kebangsaan, dan kelompok-kelompok etnis (Pancer, 1997).
2. TAHAP ATAU MASA KELAHIRAN PSIKOLOGI SOSIAL
            Selain itu perkembangan jurnal-jurnal psikologi sosial, juga dapat mencerminkan psikologi sosial itu sendiri, khususnya khususnya di amerika serikat dimana jurnal-jurnal itu di terbitkan
Ø  Masa prakelahiran. Psikologi di kokohkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri dengan didirikannya laboratorium pertama di dunia di leipzing oleh wuntdt pada tahun 1879, bibit-bibit psikologi sosial mulai tumbuh. Yaitu ketika lazarus & steindhal pada tahun 1860 mempelajari bahasa, tradisi dan institusi masyarakat untuk menemukan jiwa ummat manusia (human mind).
Upaya lazarus masih sangat di pengaruhi oleh antropologi, kemudian di kembangkan oleh wundt pada tahun 1880 mulai mempelajari psikologi rakyat
Ø  Masa awal kelahirn psikologi sosial di tandai dengan lahirnya dua buah buku berjudul sama yaitu psikologi sosial pada tahun 1908 yang di tulis oleh dua ilmuwan dari disiplin ilmu yang berdeda, yaitu w. mcdougall (psikologi) dan ross adalah seorang sosiolog yang berpendapat bahwa perilaku sosial di sebabkan oleh imitasi atau sugesti. Serta juga tertarik mendalami topic-topik yang berhubungan psikologi massa dan perilaku kolekti. Kerja ross ini mengembangkan studi psikologi sosial dalam sosiologi. Sementara buku ke dua yang di tulis mc dougall menekankan pada sifat instink pada tingkah laku sosial sebagai focus pembahasan yang juga menjadi topic utama pada tahun-tahun awal kemunculan bidang psikologi sosial.
Ø  Masa perang dunia 1 & 2. di masa-masa perang dunia pertama dan berkuasanya nazi di jerman selama perang dunia ke dua. Perhatian psikoogi sosial berkembang ke arah studi tentang otoritarianisme (kekuasan), setelah perang dunia selesai perhatian psikologiu beralih ke proses individual dan psikologi sosial mulai mempelajari proses interaksi sosial
Ø  Masa mutakhir proses pendewasan psikologi sosial mencapai puncaknya antara tahun 1970 sampai tahun 1980 dengan berbagai penelitian  mengenai atribusi, sikap (attitude), perbedaan jenis kelamin (gender), diskriminasi seksual psikologi lingkungan , psikologi massa dan sebagainya . Tahap inipun ditandai dengan berkembangnya penelitian-penelitian psikologi sosial terapan (Baron & Byrne , 1994) seperti psikologi kesehatan , psikologi hokum , psikologi lingkungan kerja , psikologi kepolisian , dan psikologi lingkungan .
Ø  Masa yang akan datang  perkembangan psikologi sosial masih akan berlanjut di masa-masa yang akan datang (pasca tahun 19990-an) . cirinya adalah penelitian kognisi dan penerapan psikologi sosial yan makin canggih , yang menggunakan perspektif cultural yang multidi-mensional (psikologi lintas budaya ) dan kemajemukan sosial .
Ø  Jurnal-jurnal psikologi sosial jurnal adalah media pertukaran informasi dan hasil-hasil penelitian ilmiah di bidang ilmu pengetahuan tertentu. Judul-judul jurnal menggambarkan isi jurnal itu dan karenanya dengan memperhatikan perkembangan dan perubahan judul-judul jurnal dari suatu ilmu pengetahuan kita dapat mengetahui perkembangan pemikiran para penelti dari bidang ilmu bersangkutan . dalam bidang psikologi sosial, sebagaimana yang tercatat dalam buku karangan Shaver (1997) , jurnal yang pertama di terbitkan pada tahun 1922 oleh Morton prince yang ketika itu berpendapat bawa psikologi tentang perilakuu menyimpang .ada kaitannya dengan prilaku sosial.
3. PSIKOLOGI SOSIAL MENEKANKAN PADA INDIVIDU
Setelah melalui perjalanan yang panjang, psikologi sosial mengalami stagnasi akibat berkembangnya (dan dominannya) paham kognitif di Amerika. Akibat dari berkembangnya paradigma ini, psikologi sosial seakan diseret dalam wilayah individual yang menginginkan segalanya berfokus pada individu itu sendiri. Walaupun dalam kajian intimate relationship, pendekatan-pendekatan yang selayaknya digunakan adalah pendekatan individual, yang berarti mengabaikan pendekatan kontekstual yang sebenarnya memiliki peranan yang tak kalah pentingnya dengan perspektif individual (Pancer, 1997).
Salah satu solusi yang sempat mengemuka sebagai penawar krisis yang pelik ini adalah “pendudukan” kembali hakikat psikologi sosial pada singgasananya, yang menghendaki penelitian lapangan dan pengembangan teori-teori berdasarkan isu-isu aktual, serta permasalahan sosial yang kerapkali terjadi dalam realitas. Namun nampaknya solusi ini terpaksa tidak diindahkan oleh para pengampunya karena mereka lebih senang berkutat pada eksperimen-eksperimen manipulatif mereka.




BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Gabriel tarde (1842-1904) ia adalah seorang sosiologi dan kriminologi prancis yang di anggap pula sebagai bapak psikologi sosial (social interaction) tarde berpendapat bahwa semua hubungan sosial selalu berkisar pada proses imitasi, bahkan semua pergaulan antar manusia hanyalah semata-mata berdasarkan atas proses imitasi itu
Dalam sejarahnya yang masih pendek, perkembangan psikologi sosial dapat di uraikan melalui beberapa tahap yaitu masa dalam kandungan, masa bayi, masa kanak-kanak, masa dewasa, dan masa yang akan datang.
Setelah melalui perjalanan yang panjang, psikologi sosial mengalami stagnasi akibat berkembangnya (dan dominannya) paham kognitif di Amerika. Akibat dari berkembangnya paradigma ini, psikologi sosial seakan diseret dalam wilayah individual yang menginginkan segalanya berfokus pada individu itu sendiri. Walaupun dalam kajian intimate relationship, pendekatan-pendekatan yang selayaknya digunakan adalah pendekatan individual, yang berarti mengabaikan pendekatan kontekstual yang sebenarnya memiliki peranan yang tak kalah pentingnya dengan perspektif individual (Pancer, 1997)


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, abu. 2007, psikologi sosial, Jakarta: rineka cipta
Dyakisni, tri & hudaniah. 2009, psikologi sosial, malang: umm press
Sarwono, sarlito wirawan. 2006, teori-teori psikologi sosial, Jakarta: rajawali pers




[1] Abu ahmadi. Psikologi sosial, 2002, hal: 5-8
[2]  Tri daya kisni & Hudaniah, psikilologi sosial, 2009, hal: 1

Rabu, 23 Maret 2011

“JOB BURNOUT”

RANCANGAN PEMGUKURAN SKALA PSIKOLOGI “JOB BURNOUT”
A. Landasan Teori
Secara naluriah manusia bekerja untuk memenuhi tuntutan hidup, tuntutan hidup yang sangat mendesak sering membuat manusia rela bekerja luar biasa, bahkan kadang diluar batas kemampuannya, namun sering terdapat hal-hal yang menjadi kendala pada pekerjaannya. Pekerjaan yang terlalu padat dapat menjadikan kepenatan pada diri seseorang yang jika dibiarkan berlarut-larut akan berakibat pada kondisi fisik yang kurang stabil, stress atau frustasi yang berkepanjangan yang biasa kita kenal dengan istilah job burnout.
Job burnout merupakan hal yang banyak dialami oleh para pegawai, karyawan atau pekerja. Hal ini wajar terjadi pada semua orang, pada dasarnya job burnout ini terjadi secara perlahan yang tidak begitu dirasakan oleh subjek, stress yang berkepanjangan ini lama kelamaan menjadi job burnout yang membuat subjek tidak lagi betah ditempat kerjanya. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat paparan dari para ahli berikut.
Istilah burnout pertama kali di utarakan dan diperkenalkan Oleh Herbert Freudenberger pada tahun 1973. Freudenberger adalah seorang ahli psikologi klinis pada lembaga pelayanan di New York yang menangani remaja bermasalah. Ia mengamati perubahan perilaku sukarelawan setelah bertahun-tahun bekerja. Hasil pengamatannya ia laporkan dalam bentuk jurnal psikologi profesional pada tahun 1973 yang disebut sebagai sindrom burnout. Menurutnya para sukarelawan tersebut mengalami kelelahan mental, kehilangan komitmen dan menurunnya motivasi seiring dengan berjalannya waktu. Selanjutnya, Freudenberger memberikan sebuah ilustrasi mengenai orang yang mengalami burnout seperti sebuah gedung yang terbakar habis (burned-out). Sebuah gedung yang awalnya berdiri tegak dengan berbagai aktivitas didalamnya, setelah terbakar yang nampak hanyalah kerangkanya saja. Demikian pula dengan seseorang yang terkena burnout, dari luar nampak utuh tapi didalamnya kosong dan penuh dengan masalah seperti gedung yang terbakar tadi.
Freudenberger menggunakan istilah yang pada awalnya digunakan pada tahun 1960-an. Untuk merujuk pada masalah efek-efek penyalahgunaan obat-obatan terlarang yang kronis. Deskripsi awal Freudenbergermengenai seseorang yang menderita karena sindrom burnout sebenarnya diawali oleh dirinya sendiri. Ia mengatakan bahwa:
“...dan anda menempatkan sebagian besar dari anda didalam pekerjaan. Anda secara gradual terbentuk didalam lingkungan sekitar anda dan didalam diri anda sendiri terdapat perasaan bahwa mereka membutuhkan anda. Anda merasa sense of commitment yang utuh...”
Maksudnya jika kita bekerja pada suatu pelayanan, misalnya guru, maka kita akan terbentuk secara keseluruhan oleh atmosfer pelayanan pembelajaran secara intens dengan membiarkan keterlibatan pribadi kita dan sumber emosi kita sehingga ahirnya kita menemukan diri kita dalam keadaan kelelahan.
Gambaran tersebut menjelaskan, bahwa terdapat pemahaman awal mengenai burnout adalah suatu bentuk kelelahan yang diakibatkan seseorang bekerja terlalu rutin, berdedikasi dan berkomitment, bekerja terlalu lama dan terlalu banyak serta memandang keinginan dan kebutuhan mereka sebagai hal kedua. Hal tersebut menyebabkan mereka merasakan adanya tekanan untuk memberi lebih banyak. Tekanan ini berasal dari dalam diri mereka sendiri, dari klien atau siswa yang sangat amat membutuhkan, dan dari kepungan para administrator.
Dengan adanya tekanan-tekanan ini, maka akan menimbulkan rasa bersalah, yang pada ahirnya akan mendorong mereka untuk mengeluarkan energi yang lebih besar. Ketika realitas tidak mendukung idealis mereka maka mereka tetap berupaya mencapai idealisme mereka. Sampai ahirnya sumber diri mereka terkuras, sehingga mereka mengalami kelelahan atau frustasi yang diharapkan terhalangnya pencapaian harapan.


Menurut Donna Turner sumber daya manusia experd, menjelaskan job burnout adalah kondisi dimana kita mengalami kepenatan fisik, keletihan emosi, penurunan motivasi, sebagai akibat dari stress atau frustasi yang berkepanjangan yang dirasakan seseorang.
Donna Turner menjelaskan bahwasanya job burnout adalah penurunan kondisi fisik dan emosi seperti kepala menjadi pusing pegal dan ahirnya terciptalah peluapan emosi melalui kemarahan yang mana hal tersebut disebabkan oleh stress atau frustasi yang berkepanjangan.
Burnout  merupakan sindrom psikologis yang terdiri atas tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, maupun penurunan pencapaian prestasi pribadi (Schaufeli dkk., 1993).
Disini Schaufeli dkk., 1993, lebih menjelaskan pada tiga dimensi yang mempengaruhi job burnout dibandingkan pada pengertiannya. Schaufeli dkk., 1993menyebutkan bahwa ada tiga dimensi yang mempengaruhi job burnout, yaitu: 1). Kelelahan emosional yang berakibat pada kelabilan mental dan emosi, 2). Depersonalisasi yaitu hal yang menjadikan seseorang menjadi kasar, tertutup dan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya, 3). Penurunan pencapaian prestasi pribadi juga dapat menjadikan seseorang mengalami job burnout.
Kemudian Pines dan Aronson (1989) mendefinisikan  burnout sebagai kelelahan secara fisik, emosional dan mental yang disebabkan keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang penuh tuntutan emosional. Menurut mereka burnout dialami oleh seseorang yang bekerja di sektor pelayanan sosial yang cukup lama.
Menurut  Pines dan Aronson (1989), seseorang yang mengalami job burnout pada dasarnya dikarenakan banyak dan beratnya tuntutan emosional yang dibebankan kepadanya, sehingga seseorang akan mengalami kelelahan secara fisik (mudah capek atau pusing berat), emosional (mudah marah) dan juga kelelahan secara mental.


B.  Definisi Konsep
Job burnout adalah sindrom psikologis yang diakibatkan tekanan dalam pekerjaan  dan lingkungan  pekerjaan yang tidak mendukung serta idealisme yang tidak sesuai dengan kenyataan. Hal tersebut  berlangsung lama sehingga menyebabkan individu mengalami kelelahan fisik, kelelahan emosional dan depersonalisasi.

C. Definisi Operasional
Job burnout merupakan kelelahan akibat dari kesibukan dan tekanan dalam pekerjaan, yang dapat dilihat dari sikap dan tindakan individu tersebut, sikap yang sering dimunculkan antara lain adalah pusing, susah tidur, gelisah, tertekan, putus asa, mudah tersinggung, mudah marah, bersikap kasar, introvert, dan ahirnya akan bersikap apatis.

D. Dimensi dan indicator
1.      Kelelahan  Fisik
·         Merasa pusing                     : sakit kepala yang dikarenakan banyaknya fikiran.
·         Menurunnya nafsu makan : tidak teraturnya nafsu makan.
·         Susah tidur                                     : sulitnya memejamkan mata karena banyaknya fikiran.
2.      Kelelahan Emosional
·         Merasa Gelisah       : perasaan khawatir dan tidak menentu.
·         Mudah Marah         : emosi yang tidak terkontrol.
·         Kurang Bertoleran : acuh tak acuh.
·         Berputus Asa          : hilangnya motivasi dan semangat dalam melakukan pekerjaan.
·         Merasa Tertekan     : perasaan tidak nyaman terhadap suatu keadaan.
·         Suka Mengeluh       : merasa capek dan tidak terima.
·         Merasa Bosan         : sudah tidak ada kecocokan lagi dalam pekerjaan.

3.      Depersonalisasi
·         Suka Meremehkan              : kurang menghargai orang lain.
·         Suka Bersikap kasar `           : menampakkan sikap sinis dan kurang sopan dalam lingkungan pekerjaan.
·         Menjauh dari lingkungan social : menutup diri dan menghindari hubungan dengan orang lain.

























E.  Blue Print
No.
Dimensi dan
Indicator
Aitem
Psosentase
Favorable
Unfavorable
1.
Kelelahan  Fisik
·    Merasa pusing

1, 7,

2
30%
·   Menurunnya nafsu makan
10, 11
24
·   Susah tidur
12, 13
25
2.
Kelelahan Emosional
·   Merasa Gelisah

6, 14


53,33%
·   Mudah Marah
15
28
·   Kurang Bertoleran
5
16

·   Berputus Asa
8, 9
17, 29
·   Merasa Tertekan
3
23, 26
·   Suka Mengeluh
4

·   Merasa Bosan
19
30
3.
Depersonalisasi
·   Suka Meremehkan

20, 21


16,66%
·   Suka Bersikap kasar
18

·   Menjauh dari lingkungan social
22
27


Jumlah
100%
F.     Aitem
Nama                      :
Umur                      :
Jenis kelamin          :

PETUNJUK
Berikut ini disajikan beberapa pertanyaan. Masing-masing pertanyaan memiliki 5 pilihan jawaban. Kami meminta anda untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan pribadi anda.
·         SS jika anda sangat setuju terhadap pernyataan tersebut.
·         S jika anda setuju terhadap pernyataan tersebut.
·         R jika anda ragu terhadap pernyataan tersebut.
·         TS jika anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
·         STS jika anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

1.      Kepala saya sakit saat berada ditempat kerja.
SS                     S                    R                     TS                   STS
2.      Saya tidak merasakan keluhan apapun meski banyak pekerjaan.
SS                     S                    R                     TS                   STS
3.      Bekerja sepanjang hari bersama orang lain membuat saya tegang.
SS                     S                    R                     TS                   STS
4.      Saya merasa terbebani dengan pekerjaan ini.
SS                     S                    R                     TS                   STS
5.      Semenjak saya menjalani pekerjaan ini saya menjadi tidak peduli terhadap perasaan orang lain.
SS                     S                    R                     TS                   STS
6.      Dengan tenang saya dapat mengahadapi masalah dalam pekerjaan saya.
SS                     S                    R                     TS                   STS
7.      Sakit kepala selalu saya rasakan sepulang dari bekerja.
SS                     S                    R                     TS                   STS
8.      Saya merasa tidak berguna lagi ditempat kerja.
SS                     S                    R                     TS                   STS
9.      Saat bekerja, saya kurang bergairah dan kurang bersemangat.
SS                     S                    R                     TS                   STS
10.  Saya lebih mementingkan pekerjaan dari pada makan.
SS                     S                    R                     TS                   STS
11.  Saya tidak dapat mengatur pola makan saya karena aktivitas pekerjaan yang sangat padat.
SS                     S                    R                     TS                   STS
12.  Saya menjadi kurang nyenyak tidur ketika pekerjaan saya belum selesai.
SS                     S                    R                     TS                   STS
13.  Saya sulit memejamkan mata memikirkan pekerjaan saya.
SS                     S                    R                     TS                   STS
14.  Saya sering memikirkan pekerjaan saya yang belum terselesaikan.
SS                     S                    R                     TS                   STS
15.  Hal kecil pun dapat manimbulkan amarah, saat saya sibuk bekerja.
SS                     S                    R                     TS                   STS
16.  Dapat membantu teman dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan hal yang sangat menyenangkan.
SS                     S                    R                     TS                   STS
17.  Meskipun pekerjaan saya banyak tapi saya yakin dapat menyelesaikan semuanya.
SS                     S                    R                     TS                   STS
18.  Saya sering memukul meja ketika mulai jenuh dalam bekerja.
SS                     S                    R                     TS                   STS
19.  Sudah beberapa kali saya ingin meninggalakan pekerjaan yang sudah saya jalani.
SS                     S                    R                     TS                   STS
20.  Jika saya belum bisa menyelesaikan pekerjaan sekarang, akan saya selesaikan esok hari.
SS                     S                    R                     TS                   STS
21.  Saya rasa masih ada banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
SS                     S                    R                     TS                   STS
22.  Saya lebih baik pulang setelah menyelesaikan pekerjaan, dari pada berkumpul dengan rekan kerja.
SS                     S                    R                     TS                   STS
23.  Saya tetap tenang dalam mengerjakan pekerjaan.
SS                     S                    R                     TS                   STS
24.  Saya tetap dapat mengatur pola makan meskipun sedang sibuk bekerja.
SS                     S                    R                     TS                   STS
25.  Saya tetap tidur dengan nyenyak meskipun banyak pekerjaan yang belum terselesaikan.
SS                     S                    R                     TS                   STS
26.  Saya merasa nyaman berada ditempat kerja.
SS                     S                    R                     TS                   STS
27.  Saya tetap menjalin hubungan baik dengan orang lain.
SS                     S                    R                     TS                   STS
28.  Saya dapat mengontrol diri, meskipun ada perkataan rekan kerja yang tidak enak.
SS                     S                    R                     TS                   STS
29.  Ada rasa puas saat pekerjaan saya selesai tepat waktu.
SS                     S                    R                     TS                   STS
30.  Bagi saya pekerjaan ini merupakan bagian dari hidup saya.
SS                     S                    R                     TS                   STS








Item cadangan
31.  Saya takut pekerjaan saya ini akan menjadikan saya orang yang keras hati.
SS                     S                    R                     TS                   STS
32.  Pekerjaan ini memaksa saya untuk mengabaikan pekerjaan lainnya serta teman-teman saya.
SS                     S                    R                     TS                   STS
33.  Pekerjaan ini sangat menyenangkan untuk mengisi waktu luang.
SS                     S                    R                     TS                   STS
34.  Pekerjaan yang begitu banyak membuat kepala saya menjadi pusing.
SS                     S                    R                     TS                   STS
35.  Pekerjaan saya sangat menyita waktu.
SS                     S                    R                     TS                   STS
36.  Saya sering merasa khawatir pada prestasi kerja saya.
SS                     S                    R                     TS                   STS
37.  saya merasa lebih baik dari orang lain.
SS                     S                    R                     TS                   STS
38.  terkadang saya merasa terbebani dengan pekerjaan ini.
SS                     S                    R                     TS                   STS
39.  saya tidak merasa tertekan dengan keadaan.
SS                     S                    R                     TS                   STS
40.  saya kurang sabar dengan pekerjaan yang membutuhkan waktu lama.
SS                     S                    R                     TS                   STS