RANCANGAN PEMGUKURAN SKALA PSIKOLOGI “JOB BURNOUT”
A. Landasan Teori
Secara naluriah manusia bekerja untuk memenuhi tuntutan hidup, tuntutan hidup yang sangat mendesak sering membuat manusia rela bekerja luar biasa, bahkan kadang diluar batas kemampuannya, namun sering terdapat hal-hal yang menjadi kendala pada pekerjaannya. Pekerjaan yang terlalu padat dapat menjadikan kepenatan pada diri seseorang yang jika dibiarkan berlarut-larut akan berakibat pada kondisi fisik yang kurang stabil, stress atau frustasi yang berkepanjangan yang biasa kita kenal dengan istilah job burnout.
Job burnout merupakan hal yang banyak dialami oleh para pegawai, karyawan atau pekerja. Hal ini wajar terjadi pada semua orang, pada dasarnya job burnout ini terjadi secara perlahan yang tidak begitu dirasakan oleh subjek, stress yang berkepanjangan ini lama kelamaan menjadi job burnout yang membuat subjek tidak lagi betah ditempat kerjanya. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat paparan dari para ahli berikut.
Istilah burnout pertama kali di utarakan dan diperkenalkan Oleh Herbert Freudenberger pada tahun 1973. Freudenberger adalah seorang ahli psikologi klinis pada lembaga pelayanan di New York yang menangani remaja bermasalah. Ia mengamati perubahan perilaku sukarelawan setelah bertahun-tahun bekerja. Hasil pengamatannya ia laporkan dalam bentuk jurnal psikologi profesional pada tahun 1973 yang disebut sebagai sindrom burnout. Menurutnya para sukarelawan tersebut mengalami kelelahan mental, kehilangan komitmen dan menurunnya motivasi seiring dengan berjalannya waktu. Selanjutnya, Freudenberger memberikan sebuah ilustrasi mengenai orang yang mengalami burnout seperti sebuah gedung yang terbakar habis (burned-out). Sebuah gedung yang awalnya berdiri tegak dengan berbagai aktivitas didalamnya, setelah terbakar yang nampak hanyalah kerangkanya saja. Demikian pula dengan seseorang yang terkena burnout, dari luar nampak utuh tapi didalamnya kosong dan penuh dengan masalah seperti gedung yang terbakar tadi.
Freudenberger menggunakan istilah yang pada awalnya digunakan pada tahun 1960-an. Untuk merujuk pada masalah efek-efek penyalahgunaan obat-obatan terlarang yang kronis. Deskripsi awal Freudenbergermengenai seseorang yang menderita karena sindrom burnout sebenarnya diawali oleh dirinya sendiri. Ia mengatakan bahwa:
“...dan anda menempatkan sebagian besar dari anda didalam pekerjaan. Anda secara gradual terbentuk didalam lingkungan sekitar anda dan didalam diri anda sendiri terdapat perasaan bahwa mereka membutuhkan anda. Anda merasa sense of commitment yang utuh...”
Maksudnya jika kita bekerja pada suatu pelayanan, misalnya guru, maka kita akan terbentuk secara keseluruhan oleh atmosfer pelayanan pembelajaran secara intens dengan membiarkan keterlibatan pribadi kita dan sumber emosi kita sehingga ahirnya kita menemukan diri kita dalam keadaan kelelahan.
Gambaran tersebut menjelaskan, bahwa terdapat pemahaman awal mengenai burnout adalah suatu bentuk kelelahan yang diakibatkan seseorang bekerja terlalu rutin, berdedikasi dan berkomitment, bekerja terlalu lama dan terlalu banyak serta memandang keinginan dan kebutuhan mereka sebagai hal kedua. Hal tersebut menyebabkan mereka merasakan adanya tekanan untuk memberi lebih banyak. Tekanan ini berasal dari dalam diri mereka sendiri, dari klien atau siswa yang sangat amat membutuhkan, dan dari kepungan para administrator.
Dengan adanya tekanan-tekanan ini, maka akan menimbulkan rasa bersalah, yang pada ahirnya akan mendorong mereka untuk mengeluarkan energi yang lebih besar. Ketika realitas tidak mendukung idealis mereka maka mereka tetap berupaya mencapai idealisme mereka. Sampai ahirnya sumber diri mereka terkuras, sehingga mereka mengalami kelelahan atau frustasi yang diharapkan terhalangnya pencapaian harapan.
Menurut Donna Turner sumber daya manusia experd, menjelaskan job burnout adalah kondisi dimana kita mengalami kepenatan fisik, keletihan emosi, penurunan motivasi, sebagai akibat dari stress atau frustasi yang berkepanjangan yang dirasakan seseorang.
Donna Turner menjelaskan bahwasanya job burnout adalah penurunan kondisi fisik dan emosi seperti kepala menjadi pusing pegal dan ahirnya terciptalah peluapan emosi melalui kemarahan yang mana hal tersebut disebabkan oleh stress atau frustasi yang berkepanjangan.
Burnout merupakan sindrom psikologis yang terdiri atas tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, maupun penurunan pencapaian prestasi pribadi (Schaufeli dkk., 1993).
Disini Schaufeli dkk., 1993, lebih menjelaskan pada tiga dimensi yang mempengaruhi job burnout dibandingkan pada pengertiannya. Schaufeli dkk., 1993menyebutkan bahwa ada tiga dimensi yang mempengaruhi job burnout, yaitu: 1). Kelelahan emosional yang berakibat pada kelabilan mental dan emosi, 2). Depersonalisasi yaitu hal yang menjadikan seseorang menjadi kasar, tertutup dan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya, 3). Penurunan pencapaian prestasi pribadi juga dapat menjadikan seseorang mengalami job burnout.
Kemudian Pines dan Aronson (1989) mendefinisikan burnout sebagai kelelahan secara fisik, emosional dan mental yang disebabkan keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang penuh tuntutan emosional. Menurut mereka burnout dialami oleh seseorang yang bekerja di sektor pelayanan sosial yang cukup lama.
Menurut Pines dan Aronson (1989), seseorang yang mengalami job burnout pada dasarnya dikarenakan banyak dan beratnya tuntutan emosional yang dibebankan kepadanya, sehingga seseorang akan mengalami kelelahan secara fisik (mudah capek atau pusing berat), emosional (mudah marah) dan juga kelelahan secara mental.
B. Definisi Konsep
Job burnout adalah sindrom psikologis yang diakibatkan tekanan dalam pekerjaan dan lingkungan pekerjaan yang tidak mendukung serta idealisme yang tidak sesuai dengan kenyataan. Hal tersebut berlangsung lama sehingga menyebabkan individu mengalami kelelahan fisik, kelelahan emosional dan depersonalisasi.
C. Definisi Operasional
Job burnout merupakan kelelahan akibat dari kesibukan dan tekanan dalam pekerjaan, yang dapat dilihat dari sikap dan tindakan individu tersebut, sikap yang sering dimunculkan antara lain adalah pusing, susah tidur, gelisah, tertekan, putus asa, mudah tersinggung, mudah marah, bersikap kasar, introvert, dan ahirnya akan bersikap apatis.
D. Dimensi dan indicator
1. Kelelahan Fisik
· Merasa pusing : sakit kepala yang dikarenakan banyaknya fikiran.
· Menurunnya nafsu makan : tidak teraturnya nafsu makan.
· Susah tidur : sulitnya memejamkan mata karena banyaknya fikiran.
2. Kelelahan Emosional
· Merasa Gelisah : perasaan khawatir dan tidak menentu.
· Mudah Marah : emosi yang tidak terkontrol.
· Kurang Bertoleran : acuh tak acuh.
· Berputus Asa : hilangnya motivasi dan semangat dalam melakukan pekerjaan.
· Merasa Tertekan : perasaan tidak nyaman terhadap suatu keadaan.
· Suka Mengeluh : merasa capek dan tidak terima.
· Merasa Bosan : sudah tidak ada kecocokan lagi dalam pekerjaan.
3. Depersonalisasi
· Suka Meremehkan : kurang menghargai orang lain.
· Suka Bersikap kasar ` : menampakkan sikap sinis dan kurang sopan dalam lingkungan pekerjaan.
· Menjauh dari lingkungan social : menutup diri dan menghindari hubungan dengan orang lain.
E. Blue Print
No. | Dimensi dan Indicator | Aitem | Psosentase | |
Favorable | Unfavorable | |||
1. | Kelelahan Fisik · Merasa pusing | 1, 7, | 2 | 30% |
· Menurunnya nafsu makan | 10, 11 | 24 | ||
· Susah tidur | 12, 13 | 25 | ||
2. | Kelelahan Emosional · Merasa Gelisah | 6, 14 | | 53,33% |
· Mudah Marah | 15 | 28 | ||
· Kurang Bertoleran | 5 | 16 | ||
· Berputus Asa | 8, 9 | 17, 29 | ||
· Merasa Tertekan | 3 | 23, 26 | ||
· Suka Mengeluh | 4 | | ||
· Merasa Bosan | 19 | 30 | ||
3. | Depersonalisasi · Suka Meremehkan | 20, 21 | | 16,66% |
· Suka Bersikap kasar | 18 | | ||
· Menjauh dari lingkungan social | 22 | 27 | ||
Jumlah | 100% |
F. Aitem
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
PETUNJUK
Berikut ini disajikan beberapa pertanyaan. Masing-masing pertanyaan memiliki 5 pilihan jawaban. Kami meminta anda untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan pribadi anda.
· SS jika anda sangat setuju terhadap pernyataan tersebut.
· S jika anda setuju terhadap pernyataan tersebut.
· R jika anda ragu terhadap pernyataan tersebut.
· TS jika anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
· STS jika anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
1. Kepala saya sakit saat berada ditempat kerja.
SS S R TS STS
2. Saya tidak merasakan keluhan apapun meski banyak pekerjaan.
SS S R TS STS
3. Bekerja sepanjang hari bersama orang lain membuat saya tegang.
SS S R TS STS
4. Saya merasa terbebani dengan pekerjaan ini.
SS S R TS STS
5. Semenjak saya menjalani pekerjaan ini saya menjadi tidak peduli terhadap perasaan orang lain.
SS S R TS STS
6. Dengan tenang saya dapat mengahadapi masalah dalam pekerjaan saya.
SS S R TS STS
7. Sakit kepala selalu saya rasakan sepulang dari bekerja.
SS S R TS STS
8. Saya merasa tidak berguna lagi ditempat kerja.
SS S R TS STS
9. Saat bekerja, saya kurang bergairah dan kurang bersemangat.
SS S R TS STS
10. Saya lebih mementingkan pekerjaan dari pada makan.
SS S R TS STS
11. Saya tidak dapat mengatur pola makan saya karena aktivitas pekerjaan yang sangat padat.
SS S R TS STS
12. Saya menjadi kurang nyenyak tidur ketika pekerjaan saya belum selesai.
SS S R TS STS
13. Saya sulit memejamkan mata memikirkan pekerjaan saya.
SS S R TS STS
14. Saya sering memikirkan pekerjaan saya yang belum terselesaikan.
SS S R TS STS
15. Hal kecil pun dapat manimbulkan amarah, saat saya sibuk bekerja.
SS S R TS STS
16. Dapat membantu teman dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan hal yang sangat menyenangkan.
SS S R TS STS
17. Meskipun pekerjaan saya banyak tapi saya yakin dapat menyelesaikan semuanya.
SS S R TS STS
18. Saya sering memukul meja ketika mulai jenuh dalam bekerja.
SS S R TS STS
19. Sudah beberapa kali saya ingin meninggalakan pekerjaan yang sudah saya jalani.
SS S R TS STS
20. Jika saya belum bisa menyelesaikan pekerjaan sekarang, akan saya selesaikan esok hari.
SS S R TS STS
21. Saya rasa masih ada banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
SS S R TS STS
22. Saya lebih baik pulang setelah menyelesaikan pekerjaan, dari pada berkumpul dengan rekan kerja.
SS S R TS STS
23. Saya tetap tenang dalam mengerjakan pekerjaan.
SS S R TS STS
24. Saya tetap dapat mengatur pola makan meskipun sedang sibuk bekerja.
SS S R TS STS
25. Saya tetap tidur dengan nyenyak meskipun banyak pekerjaan yang belum terselesaikan.
SS S R TS STS
26. Saya merasa nyaman berada ditempat kerja.
SS S R TS STS
27. Saya tetap menjalin hubungan baik dengan orang lain.
SS S R TS STS
28. Saya dapat mengontrol diri, meskipun ada perkataan rekan kerja yang tidak enak.
SS S R TS STS
29. Ada rasa puas saat pekerjaan saya selesai tepat waktu.
SS S R TS STS
30. Bagi saya pekerjaan ini merupakan bagian dari hidup saya.
SS S R TS STS
Item cadangan
31. Saya takut pekerjaan saya ini akan menjadikan saya orang yang keras hati.
SS S R TS STS
32. Pekerjaan ini memaksa saya untuk mengabaikan pekerjaan lainnya serta teman-teman saya.
SS S R TS STS
33. Pekerjaan ini sangat menyenangkan untuk mengisi waktu luang.
SS S R TS STS
34. Pekerjaan yang begitu banyak membuat kepala saya menjadi pusing.
SS S R TS STS
35. Pekerjaan saya sangat menyita waktu.
SS S R TS STS
36. Saya sering merasa khawatir pada prestasi kerja saya.
SS S R TS STS
37. saya merasa lebih baik dari orang lain.
SS S R TS STS
38. terkadang saya merasa terbebani dengan pekerjaan ini.
SS S R TS STS
39. saya tidak merasa tertekan dengan keadaan.
SS S R TS STS
40. saya kurang sabar dengan pekerjaan yang membutuhkan waktu lama.
SS S R TS STS
penelitiannya boleh ane copy gan??
BalasHapusKlu bisa sertakan daftar pustakanya
BalasHapus